Character Change
Film Dua Hati Biru menutup filmnya dengan sangat baik. Setelah mengalami konflik yang hebat, karakter akhirnya menyadari kesalahan, mengakui kegagalan, menemukan arti, dan belajar untuk menjadi lebih baik (need).
Karakter memiliki solusi, berusaha untuk kembali menghadapi konflik, dan menyelesaikannya dengan baik. Proses ini sangat mengharukan. Bagaimana Bima belajar dari Ayahnya, Dara belajar dari Ibu Bima, dan sebaliknya. Setiap karakter belajar dan berkembang.
Akhirnya, setiap karakter pun mengalami perubahan. Bima yang awalnya malas dan selalu berada di zona nyamannya, belajar dan memutuskan untuk berani mencoba. Dara yang keras kepala jadi lebih mengerti kondisi, sabar, dan beradaptasi dengan baik. Keluarga yang pada awalnya penuh chaos, kini lebih harmonis dan hangat.
Tujuan karakter pun terpenuhi. Cerita selesai.
“Your character must change throughout the course of your story. Characters need to transform.” – The Write Practice
Belajar Cara Belajar
Apa yang pelajaran yang kudapatkan dari film Dua Hati Biru? Melalui Bima dan Dara yang sedang belajar untuk menjadi orang tua, aku merasa bahwa penting bagi kita untuk “Belajar Cara Belajar”
Dalam film, kita diperlihatkan tentang bagaimana tiap karakter berjuang dan belajar agar dapat menggapai keinginannya. Namun, satu hal yang mereka lupa, yaitu mengosongkan gelas sebelum belajar. Salah satu cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengosongkan gelas sebelum belajar.
Dalam film Dua Hati Biru, permulaan mereka untuk menjadi orang tua sudah cukup baik. Tapi, mereka melupakan satu hal penting, yaitu mengosongkan gelas.
Setelah empat tahun kuliah dan belajar di Korea, Dara memutuskan pulang dan Bima beserta keluarga besar menyambutnya, tapi tidak dengan Adam. Adam “tidak mengenali” Dara sebagai Mama. Dara sedih dan berusaha keras. Bima hanya fokus pada Adam, tidak pada Dara.
Fokus mereka tertuju pada Adam. Terbawa suasana dengan sikap Adam yang tidak menganggap Dara sebagai Mama. Hal ini membuat mereka lupa untuk menyesuaikan diri; setelah Bima dan keluarga hidup tanpa Dara, dan Dara yang lama di Korea.
Mereka seharusnya “Belajar Cara Belajar” terlebih dahulu. Duduk, komunikasi, menyamakan visi misi, bercerita satu sama lain, memberi pandangan mengenai apa yang masing-masing pikirkan, dan kemudian menyesuaikan.
Bima dan Dara tidak mengosongkan gelasnya. Bima masih dengan zona nyamannya. Dara dengan segala perkembangan yang membuatnya menjadi “superwoman”. Bima membuat Dara kesal karena tidak berusaha lebih. Dara membuat Bima kesal karena sering “terlalu memaksa” dengan caranya.
Kekurangan
Kekurangan dari film ini terletak pada konflik puncaknya atau midpoint. Aku merasa game changing yang ditawarkan dalam film ini kurang memukul. Benar, terjadi sesuatu yang membuat keluarga kecil mereka runtuh, tapi kurasa masih kurang berkesan.
Ada banyak aspek yang mendasarinya. Transisi antar scene terasa jumping. Beberapa momen terasa “seperti direncanakan”, (kurang normal). Scoring yang kurang mengena, sehingga atmosfer kurang terbangun. Akting yang sedikit kaku; terutama momen Dara dan Ibu Bima saling maaf memaafkan.
Scene yang seharusnya terasa sangat dramatis, tapi eksekusinya sangat disayangkan (setidaknya menurutku). Shot yang kurang nyaman, “voley” atau audio gesture alami yang kurang terisi sehingga terlalu hening. Aku baru tersentuh ketika suara sesak, tarikan nafas, dan gesekan tangan dari pelukan muncul.
Rating
Dari segi sinematografi, aku sangat suka dengan lighting-nya, benar-benar bekerja dengan baik, memberikan kedalaman gambar yang apik. Artistik, memberikan kekuatan pada penyampaian nilai melalui simbol, dan color grading-nya yang bright vibrance, bikin nyaman dan memanjakan mata
Overall, aku akan memberikan rating 8.3/10 untuk film Dua Hati Biru. Film ini sarat makna dengan gaya penceritaan yang sangat baik. Karakternya berkembang, konfliknya jelas, memiliki value dan motif yang kuat.
Teruntuk penulis, kamu wajib nonton film Dua Hati Biru jika ingin belajar bagaimana development character yang baik.
Kamu bisa nonton film Dua Hati Biru di bioskop kesayangan kalian. Jangan lupa untuk selalu menjaga adab ketika nonton film di bioskop, ya! *Korban cahaya layar, orang main HP, bahkan bisa-bisanya ngerekam buat kebutuhan story :’)
Comments (2)
Hani Soraya Efendisays:
April 22, 2024 at 7:37 pmKak aku tu pengin banget jadi penulis
Tapi masih bingung mau mulai dari mana dulu
Jurus Nulissays:
April 24, 2024 at 1:56 pmCoba pelajari kerangka atau struktur cerita dulu aja, Kak. Biar tergambar, dari awal sampai akhir harus gimana.